BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

wily_astri

Minggu, Maret 28, 2010

SEGERA TAUBAT . . . SEBELUM TERLAMBAT . . .

_ Setiap kesalahan apalagi kejahatan, selalu menyimpan pesona anehnya. Pesona nafsu, kenikmatan, prestise, arogansi, kepuasan materiil, yang kesemuanya mungkin dapat diperoleh dengan cara-cara yang sangat mudah, ringan, dan nyaris tanpa modal. Disinilah sesungguhnya masalah utamanya. . . Bahkan dosa-dosa itu sendiri punya pesonanya yang sangat memukau. Ini lebih dari sekadar pembuktian dari sabda Rasulullah, bahwa neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang mengundang dan memuaskan syahwat. Tapi memang pesona-pesona itu benar-benar seperti candu. Ia memuaskan sisi kecil kemanusiaan manusia, tapi menghancurkan sebagian besar dan bahkan keseluruhan kemanusiaan itu. 'Pesona neraka' itu bila telah menjerat nafsu manusia, tidak mudah bagi manusia untuk keluar, kecuali yang benar-benar mau menjauhinya...


_ Agar tetap hidup, kita memang harus bertahan. Tetapi untuk bertahan itu sendiri perlu perjuangan, bahkan pertarungan. Bertarung dengan ganasnya kehidupan, dengan persaingan, juga dengan kesulitan-kesulitan yang tak bersahabat. Dan, tentu saja, bertarung melawan paradigma keterlanjuran yang keliru dan sering menyesatkan itu...
Maka, marilah mengaca sejenak. Pada jalan hidup yang mana kita menapak. .
Setiap kita punya hari-hari kemarin, hitam atau putihnya, jelek atau baiknya. .
Yang sangat penting ialah, bagaimana hari-hari ini bukan 'keterlanjuran' di jalan keburukan yang kita sengaja, sekecil apapun keburukan itu . . .


SUMBER : Majalah 'Tarbawi' Edisi 66 Th. 5/Jumadil Tsani 1424 H/21 Agt 2003 M

Keterlanjuran Yang Sering Menjadi Kambing Hitam

_ Kekeliruan terbesar dari segala pilihan hidup yang keliru, adalah keengganan keluar dari kekeliruan itu dengan dalih segalanya telah terlanjur, dengan alasan bahwa sudah kepalang basah. Padahal keterlanjuran hanyalah dimensi waktu bagi sebuah tindakan, peristiwa, dan juga pilihan-pilihan perilaku manusia. Ia tidak memberi makna pemaksaan, bahkan tidak juga makna ketidakberdayaan. Keterlanjuran__ dalam konteks orang-orang yang tidak mau keluar dari jalan yang salah__ sesungguhnya hanya pengulangan secara sadar dan terus-menerus atas tindakan-tindakan yang salah tersebut...


_ Keterlanjuran yang dipakai sebagai dalil sebuah perbuatan buruk, dari waktu ke waktu akan digantikan oleh menyatunya keburukan itu dalam kepribadian, sikap, dan bahkan watak. Bila itu terjadi, maka tidak penting lagi apakah seseorang terlanjur atau tidak. Sebab yang ada bahwa perilaku buruk itu sendiri telah menjadi kebutuhan psikologisnya. Ia akan terguncang dan gelisah kalau tidak melakukan keburukan itu.. Ini adalah fase tersulit bagi jiwa seseorang manusia. Seperti dijelaskan Rasulullah, ini adalah fase di mana keburukan dan kejahatan telah menghitamkan hatinya. Setelah satu demi satu keburukan itu membekaskan titik hitam, lalu dengan dalih keterlanjuran_ titik-titik hitam itu semakin banyak, seiring kian banyaknya pula keburukan berikutnya. Tak ada cahaya iman yang bisa menembus penutup hitam itu. Pesona-pesona keburukan itu sendiri menjadi ruang yang sangat menyenangkan bagi syetan. Maka, pertarungan melawan pesona-pesona keburukan dan kejahatan itu membutuhkan kekuatan. Bahkan pada detik-detik awalnya. Begitulah agama kita mengajarkan, agar tak ada celah bagi makna keterlanjuran yang disalahartikan.


SUMBER : Majalah 'Tarbawi'

Keterlanjuran

_ Nasihat Ibnu Abbas
"wahai orang yang berbuat dosa, janganlah sepelekan akibat-akibat perbuatan dosa itu. Sebab ekornya jauh lebih gawat daripada dosa itu sendiri. Kalau engkau tidak merasa malu kepada orang lain padahal engkau telah berbuat dosa, maka sikap tidak punya malu itu sendiri adalah juga dosa".

"kegembiraanmu ketika melakukan dosa, padahal engkau tidak tahu apa yang diperbuat Allah atas dirimu, adalah juga dosa. Kalau engkau sedih karena tidak dapat berbuat dosa maka kesedihanmu itu jauh lebih dosa dari perbuatan itu. Engkau takut kalau-kalau angin bertiup membukakan rahasiamu, tetapi engkau sendiri telah berbuat dosa tanpa takut akan Allah yang melihatmu. Maka sikap seperti itu adalah lebih besar dosanya ketimbang perbuatan dosa itu".

_ Dalam Al-Qur'an Al Kariim, Q.S.Al-A'raaf: 201, bahwa bagi seorang muslim tidak ada pembenaran sedikit pun pada alasan 'keterlanjuran' dalam mengarungi tindak kejahatan atau keburukan secara berlarut-larut. Justru pada kali pertama pesona-pesona keburukan itu menggoda, orang yang bertakwa segera mengingat Allah, lalu dengan itu ia menyadari kesalahannya sejak saat itu juga . . .