BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

wily_astri

Selasa, Februari 12, 2013

NYAMUK BISA TIDUR? HAAAAH!!!

Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Aku, shofi, hesty, dan mama sedang asyik menonton 'ustadz fotocopy', sinetron favorit Ayah.

Sebelumnya kami sempat menyaksikan acara nikah & beantar patalian warga desa sebelah yang tayang di jaringan TV lokal. By The Way, orang Amuntai ini semakin tahun semakin 'naik' pasaran jujurannya. Kadang merasa risih juga sih. Padahal di dalam sebuah hadits telah disebut bahwa 'Sebaik-baik
mahar adalah mahar yang paling
mudah (ringan)'. Mudah, bukan berarti murah ya! Jadi boleh dong jujuran tinggi, selama tidak memberatkan si pengkhitbah dan tak jadi penghalang terjadinya pernikahan yang begitu mulia itu, menyempurnakan setengah agama. Bukan niat gengsi. Bahkan
Rasulullah SAW pun memberikan
mahar 700 ekor unta kepada Khadijah.

Sekarang kan serba mahal. Uang mahar tuk kebutuhan pernikahan & walimahan kok, biar ga ngerepotin ortu gitu. Tapi, yang lebih penting tuk disiapkan bukanlah pesta pernikahan ataupun resepsi. Persiapan lahir bathin tuk menjalani biduk rumah tangga, itu yang jauh lebih penting. Loh, ini kok jadi ngebahas masalah mahar ya? Oke, kembali ke topik.

Pintu rumah diketuk. Terdengar ucapan salam. Itu Ayah. Beliau baru saja dari acara haulan kerabat. Next, beliau masuk kamar tuk ngelanjutin ritual ibadah. Ya, Ayah selalu membuatku iri. Di mataku, Ayah selalu luar biasa dalam menyempurnakan ibadahnya. ''Rabb, ijinkan Ayah & Ibu tuk menyempurnakan rukun islam. Mengunjungi baitullah. Aamiin Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim, Yaa malik, Yaa Ghaniy, Yaa Rabbal 'aalamiin''

Beberapa saat kemudian, Ayah berkumpul bersama kami. Seperti biasa, kami bergantian memijit Ayah & Ibu. Beginilah Ayah. Meskipun beliau seorang yang tegas & berwibawa, selera humornya tinggi. Seringkali beliau membuat kami tertawa lepas.

Berawal dari lampu di ruang belakang yang masih bersinar terang. ''lampu itu tidak dimatikan ya?'' tanya Ayah. ''itu nanti hesty mau mencuci, jadi biar saja tak dimatikan dulu'', jawab ibu. ''iya, nanti ulun yang matikan, setelah selesai mencuci. Ini sebentar lagi mau nyuci'', sahut hesty.

''heran deh. Hesty ini kok suka banget nyuci malam-malam begini. Ga 'kenyamukan' kah?", tanyaku. ''Aaahh, nyamuknya pasti udah pada ngantuk & pengen tidur. Mana mau mereka menunggu hesty. Hesty kan bukan artis yang diagung-agungkan oleh fans-fansnya'', ujar Ayah dengan style humor tersendiri. Aku tertawa lepas, yang lain pun begitu.

Tiba-tiba aku teringat akan ucapan Ayah beberapa tahun yang lalu, saat aku bercerita tentang kamar baru di kost. Sebelumnya aku di kamar bawah. ''bu, ulun sering ga nutup jendela malam hari. Adem'', ceritaku. ''lain kali ditutup saja. Bahaya itu. Lagipula kamu ga 'kenyamukan' kah wi?'', tanya ibu dengan nada cemas. ''kan nyamuk ga nyampai terbang ke lantai 2. Ketinggian terbangnya terbatas,'' sahut Ayah melawak. ''benar bu, ulun ga 'kenyamukan' di sana. Beda dengan kamar bawah, sedikit saja telat menutup jendela, dijamin tidurpun tak akan kesepian. Nyamuk akan setia menemani bersama nyanyian malam,'' sahutku seraya masih bertanya-tanya dalam hati soal nyamuk itu.

Sebenarnya masih banyak lelucon lain dari Ayah tadi malam. Tentang istri cantik, bahkan hesty pun jadi subjek lelucon. 'mahalabio' istilahnya.
Two tumb up deh buat Ayah. Sosok Ayah yang istimewa. Terima kasih, Ayah. Kami semua mencintaimu :)


Kamis, Juni 28, 2012


PERJALANAN SANG A2ABO empat cewe ini terlihat ceria sekali hari ini.... sebut saja nama mereka A1, A2, AB, dan O pagi2 mereka udah disibukkan dengan aktivitas di masjid raya sabilal muhtadin, salah satu masjid terbesar di kota Banjarmasin..... pagi ini terasa begitu indah, ditemani angin sejuk DPR.... sekumpulan cewe2 ini pada DuGeM tuh bareng sama 6 cewe lainnya, tak ketinggalan juga sama baby yang lagi luthu2 na.... tanpa terasa sudah hampir zhuhur, serangkaian acara DuGeM udah terlewat, tak ketinggalan tuh setoran wajibnya..... next, bubar DuGeM, langsung pada cabut tuh menuju markas cabang.... shalat zhuhur, terus pada tilawah sambil nunggu tuh pasukan lain pada datang... maasyaa Allaah, lagi2 ni cewe berempat harus ngelanjutin amanah seperiode yang lalu, tentu ada teman baru, dan ada teman lama yang hilang... ya sudahlah, meski berat, tapi insyaa allaah tetap bersemangat sangat, setidaknya bisa nge-upgrade diri laaaah, lebih maju lagi selangkah gitu, minimal. stop sebelum ashr... habis shalat, eh pada langsung tancap gas lagi tuh menuju markas pusat, buat pertanggungjawaban... nunggu lama dari tadi kok ga mulai2 yaaaa? udah jm 5 sore nih.... ni cewe2 pada gelisah... akhirnya mulai juga.. ehhhh, malah bentar aja ternyata... jadi terkesan lucu... ya udahlah, ni cewe2 pada cabut lagi... hey AB, kita "menyanggar" yuk?, si A2 mulai angkat suara... dan akhirnya semua sepakat kalau rute perjalanan selanjutnya adalah menyerbu "gorengan".... udah dari tadi kok ga nemu2 tempat ya g cocok? udah keliling2, masuk komplek sana-sini ga jelas... eaaaaaaa, akhirnya balik ke komplek dekat tempat kami pada nuntut ilmu tuh. nah lho? muter lagi karena di sini udah pada mau habis.... ketemu teman aliyah dulu pula... semoga ga dipikir sombong deh... aamiin... lanjut, menuju wilayah sekolah tempat A1 dan A2 ngajar beberapa waktu lalu..... padahal tuh hari udah mulai hujan, tapi tetap aja pada ga mau nyerah ngejar tujuan.... wuaaaa, akhirnya nemu juga, tidak jauh dari tempat ngajar.... ni masih goreng2 juga sebenarnya.... mana udah dipesan.... tapi sabar aja, kalau rejeki ga kemana.... nah buktinya ada rejeki,,,, makan deh, minum deh, pengen nambah terus, ehhh tapi udah maghrib nih... ya udah, cukup deh, si A2 yang bayar, terus pulang sama2.... sungguh perjalanan hari ini menyenangkan bersama kalian.... nanti akan banyak episode yang kita lalui lagi bersama.... semoga terus istiqomah yaaaaaaaa... aamiiin ^^ *maaf nih teman2, janjinya baru tertunaikan, padahal kejadiannya udah berbulan-bulan yang lalu, hehehehe ^^V

Sabtu, April 21, 2012


dan menangislah aku berteman rintik-rintik hujan apgi menjelang siang..

Jumat, April 06, 2012

stop galau for today, tomorrow, n the day after tomorrow

Perasaan galau sering melanda kehidupan manusia. Perasaan seperti ini didefinisikan orang dengan berbagai tipe. Ada yang bilang galau itu perasaan tertekan, galau itu gak ada uang dan gak’ bisa makan, galau itu lagunya Titi DJ (LOH….), galau itu pas’ diputusin pacar, galau itu pas ujian gak’ belajar dan gak tau mau nyontek ma siapa, galau itu cabang baru dari perasaan seperi sedih, marah, putus asa, cengeng, dan lainnya, dan pastinya lintascerita.com masih banyak lagi definisi galau yang diprediksi oleh setiap individu. Bahkan ada yang lebih sadis, galau itu (katanya) bisa membunuh karakter pribadi sebab ia membuat seseorang tidak dapat berbuat apa-apa lagi dikarenakan tidak dapat berfikir jernih.

tips mengatasi galau:
1.Kenali dulu kamu galau kenapa. Kalau kamu nggak tahu penyebab yang membuatmu galau, masa galau akan bertambah panjang. Jangan bilang nggak tahu, hati kecilmu pasti tahu kenapa. Langkah pertama dan paling menenteramkan adalah curhat sama Allah. Curhat semuanya. Nangis guling-guling kalau perlu (*ups, ini berlebihan). Dan jangan malu untuk menangis jika memang itu membuatmu lega. Tapi kalau nggak bisa menangis dan sesak terus gimana dong? Tetap curhat sama Allah. Percayalah, Dia yang akan menenangkan.
2. Wudlu, solat, baca Al-Qur’an. Baca Al-Qur’an dengan bersuara menurut saya lebih efektif untuk membuat hati lebih tenang. Kalau perlu malah membaca artinya dan resapi maknanya.
3. Wah tips nomor dua berat ya rasanya? Baru baca beberapa ayat malah tambah galau gimana dong? Atau pas baca tenang, tapi begitu ditutup galau lagi. Kalau begitu, setelah membaca Al-Qur’an cari buku atau novel yang menarik sehingga bisa mengalihkan konsentrasi kita dari hal yang membuat galau pada hal lain.
4. Bukunya selesai galau lagi? Cari sapu, nyapu rumah. Nyapu halaman. Kalau masih galau, nyari cucian, dicuci sampai bersih, jemur. Sambil nunggu baju kering ngepel rumah dulu. Cuci piring. Masak juga kalau perlu. Nanti kalau bajunya kering, disetrika sekalian. Ditata juga baju di almari. Masih galau? Aduh keterlaluan. Hehehe. Kalau masih galau berarti kita memang bebal, saya juga kadang gitu. Apalagi untuk perempuan. Kasus galau ini bisa jadi sangat menyebalkan jika bebarengan dengan masa PMS, hormon jadi mendukung untuk galau. Jangan sedih kawan, ayo LAWAN! Hihihii. Yang jelas, intinya adalah MENYIBUKKAN DIRI. Alihkan fokus galau terhadap kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
5. Jika kamu galau karena seseorang, sebaiknya hindari dulu berkomunikasi dengannya sampai hatimu tenang. Jangan coba-coba dulu sms, telepon, apalagi ketemu. Oh iya, mematikan handphone saat hati sedang galau untuk sebagian orang termasuk saya juga efektif untuk menenangkan hati.
6. Hindari jejaring sosial, apalagi facebook sama twitter. 90% bisa nambah galau. Kecuali buka facebook buat baca notes tentang semangat, pengetahuan, dan lain-lain.
7. Kembalikan pada hatimu. Pelajari baik-baik. Galau adalah masalah hati teman. Jadi, kembalikanlah pada hatimu. Memilih tetap galau atau bangkit mencari dan menjadi manfaat.

copas

Cintaku bukan cinta biasa
Karena cinta ini lahir atas kagumku terhadap ketaatanmu kepadaNya
Maka dari itu,
Ku coba untuk bersikap damai denganmu di atas jalinan yang belum tentu mendapatkan keridhaan dariNya ini

Bukan karena jahat sehingga aku tak mempertahankan jalinan itu
Tetapi karena ketaqwaanlah yang menjadikanku ingin mempertahankan kesucian kita
Lantaran kesucianlah yang menjadikanku mengagumimu
Maka akupun tak ingin mengotori kesucian itu lantaran terbujuk rayu oleh nafsu yang memburu

Maaf, bukan silaturahmi yang ku putuskan darimu
Tapi jalinan semu diantara kitalah yang tidak ingin ku lanjuti agar Allah tidak Cemburu

Maaf, jangan kau anggap aku membencimu
Karena hatiku memiliki cinta yang bukan cinta biasa
Lantaran ia telah ku ajarkan untuk tidak membencimu

Maaf, jangan kau anggap aku bosan denganmu
Tetapi karena aku tak mau kita bermusuhan di akhirat kelak
Karena ketika di dunia kita pernah bermaksiat

Semoga Allah redamkan besarnya gejolak nafsu yang membara di dalam diri
Sehingga kita tidak mengarah kepada tipudayanya lagi

Dan semoga Allah Berkahi fitrah suci ini di dalam diamnya yang suci
Hingga aku mampu menghargai fitrah suci ini dengan jalan yang Diberkahi, Pernikahan...
Allahuma Amiin

Ku tahu ini sulit
Namun, tetaplah kita di dalam Ketawakalan
Karena kita harus terus belajar bertahan di dalam kondisi yang berbeda dari biasanya ini
Untuk meraih KeridhaanNya

Tanpa harus ada permusuhan, maupun kebencian
Karena kita lakukan ini adalah untuk memelihara kesucian...
Lantaran Kesucianlah yang membuat Dia dan kamu mencintaiku

Insya Allah

Salam santun dan senyum
ai

Ifalosophy II

Selasa, Maret 27, 2012

ADAB BICARA

Adab berbicara
“Lidah memang tidak bertulang”, itulah ungkapan yang sudah tidak asing lagi di telinga setiap kita. Gambaran mengenai lidah yang dapat digerakkan kesegala arah dengan mudah tersebut menyiratkan arti bahwa lidah dapat dengan mudah mengucapkan segala kata. Ia dapat mengucapkan perkataan yang lurus berupa kebenaran, maupun perkataan perkataan bengkok yang menyimpang dari kebenaran, seperti dusta, ghibah, fitnah, dan lain-lain.
Dalam ungkapan yang lain juga dikatakan bahwa, “Lidah itu lebih tajam dari sebilah pedang”.
Coba kita renungkan sejenak… Dengan menggunakan sebilah pedang yang tajam, bahkan yang paling tajam sekalipun seseorang hanya dapat membunuh seorang manusia lainnya hanya sekali saja. Setelah manusia itu mati, maka tidak mungkin dengan pedang itu ia dapat membunuhnya kembali untuk yang kedua kalinya. Namun, dengan lidah seseorang dapat membunuh seorang manusia lainnya setiap hari. Bahkan dalam sehari, seorang manusia dapat terbunuh berkali-kali oleh ganasnya lidah. Lidah dapat membunuh seseorang berkali-kali dengan cara memfitnah. Itulah mengapa akhirnya timbul istilah, “Sesungguhnya fitnah itu adalah lebih kejam daripada pembunuhan”.
Itulah salah satu bahaya lidah yang tidak terkontrol dengan baik. Lidah yang tidak dikontrol dengan baik akan melontarkan kata-kata negatif yang tidak akan pernah diketahui seberapa besar efeknya terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri kelak.
Demikian pula dengan lidah yang terkontrol dengan baik, yang selalu melontarkan kata-kata ma’ruf. Tidak akan pernah diketahui pula seberapa besar efek positif dari ucapan tersebut akan dapat mempengaruhi orang lain, dan seberapa besar pula balasan yang akan kita terima kelak. Hal ini senanda dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah swt keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah swt mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Untuk itu, sudah sepatutnyalah bagi setiap umat muslim yang beriman agar senantiasa menjaga lidahnya setiap saat. Berbicaralah dengan hati-hati, jangan sampai lepas kendali. Selalulah berupaya untuk senantiasa mengontrol lidah hanya untuk mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau menyakiti. Karena, meskipun kita tidak pernah tahu mengenai apa dan seberapa besar balasan yang akan diberikan Allah swt kepada kita, namun kita harus yakin bahwa Allah swt selalu memberikan ganjaran yang setimpal. Tidak ada amalan sekecil apapun yang tidak akan mendapatkan balasan dari Allah swt.
Dan hendaknya kita pun senantiasa mengingat akan satu firman Allah swt yang artinya:
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf : 18)a
Dalam surat Qaaf tersebut jelas sekali bahwa setiap patah kata yang terucap dari mulut kita dicatat oleh malaikat Allah swt yang tidak pernah berdusta maupun korupsi untuk menyembunyikan keburukan maupun kebaikan perkataan seorang manusia dari Allah swt. Dan andaipun hal itu terjadi, maka sesungguhnya “inna robbakalbilmirshood”, “sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mengawasimu”. Maka tidak akan ada sedikitpun kata yang akan terlewat dari pendengaran Allah swt.
Lidah adalah salah satu perangkat tubuh yang sangat vital bagi manusia, sekaligus salah satu perangkat tubuh yang juga dapat menjerumuskan seorang manusia dalam murka dan azab Allah swt yang sangat pedih. Maka dari itu kita harus mampu untuk mengontrol gerak lidah dengan baik. Untuk mengontrol lidah agar tidak berbicara dalam kemungkaran, Islam telah memberikan aturannya dengan jelas yang kemudian disebut dengan adab berbicara. Menurut kacamata Islam, adab berbicara memiliki beberapa poin yang jika direalisasikan insya Allah akan mengontrol lidah agar senantiasa berbicara dalam kebaikan dan menghindari ucapan-ucapan atau pembicaraan yang berbau maksiat, sebagaimana firman Allah swt yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab : 70). Berikut adalah poin-poin yang terdapat di dalam adab berbicara tersebut:
1. Berpikir sebelum berbicara
Hendaknya, segala sesuatu yang kita ucapkan merupakan kalimat atau kata-kata yang merupakan hasil pemikiran dan renungan dari dalam hati nurani, bukan merupakan kata-kata yang terlontar sembarangan. Pikirkanlah apakah ucapan yang akan akan disampaikan merupakan sebuah kebenaran dan kebaikan atau bukan. Tanyakan terlebih dahulu pada hati nurani, apakah ucapan yang akan dilontarkan berbau maksiat atau tidak. Dan tentunya, pemikiran serta perenungan tersebut pun harus dilandaskan pada prinsip-prinsip Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar. Hendaknya, kalimat atau kata yang kita ucapkan mengandung nilai-nilai kebaikan. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah saw berikut:

“Dalam Islam mengajak umat agar senantiasa menjaga lisan. Dengan begitu, lisan menjadi selalu digunakan untuk sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan kehendak Allah swt. Rasulullah SAW bersabda, “Lisan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya. Apabila ada manfaat baginya, ia berbicara dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang yang bodoh berada di mulut, ia berbicara sesuai apa saja yang ia maui.” (HR. Bukhari-Muslim).
Berkata yang baik juga merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah swt. Maka jika ada seseorang yang mengaku beriman kepada kepada Allah swt namun masih suka mengucapkan kata-kata kotor, dusta, masih gemar bergossip, suka memfitnah, serta perkataan-perkataan berbau maksiat dan kemungkaran yang lain, bisa dikatakan bahwa imannya masih pincang atau cacat.
Sekiranya kita tidak mampu untuk berbicara yang baik, atau kita merasa bibir ini gatal manakala mendengar orang bergossip, maka sebaiknya menjauhlah dari hal-hal tersebut. Jangan turut mendengarkan, yang akan memancing kita untuk turut serta. Rasulullah saw bersabda:

“Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” ( HR. Bukhari dan Muslim )
Mengenai perintah untuk selalu berbicara dalam kebaikan ini, Allah swt juga telah menegaskan melalui firman-Nya di dalam Al Quran, yang artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,” (QS. Al Mu’minun : 1-3).
2. Berbicara dengan jelas dan tidak bertele-tele
Islam menganjurkan umatnya untuk selalu berbicara dengan jelas sehingga dapat dipahami dengan baik oleh semua yang mendengarkan. Hindari kebiasaan berbicara bertele-tele yang dapat menyebabkan pendengar justru menjadi tidak mengerti maksud yang akan disampaikan. Selain itu, pembicaraan yang bertele-tele juga akan menimbulkan kejenuhan dan rasa tidak nyaman kepada pendengar, dan akhirnya pembicaraan itu dapat menghilangkan keihklasan dari pendengar. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:
“Bahwasanya perkataan Rasulullah saw itu selalu jelas sehingga bias dipahami oleh semua yang mendengar.” (HR. Abu Daud)
Dalam hadist lain, Rasulullah saw juga telah berkata, “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi saw: “Orang-orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi dan dihasankannya)
Ucapan yang jelas dan tidak bertele-tele akan meminimalisir terjadinya kesalah pengertian pihak pendengar dalam menangkap dan mengartikan maksud dari si pembicara. Ucapan yang jelas di sini tentunya juga mengandung pengertian tidak terlalu cepat, sehinga kata perkata dapat terdengar dengan baik oleh pendengar.
3. Tidak mengucapkan kebathilan
Salah satu yang juga termasuk di dalam adab berbicara adalah menghindarkan diri dari perkataan yang bathil, yaitu membicarakan kebathilan tanpa tujuan yang dibenarkan syariat.
Banyak sekali manusia yang terjerumus dalam perkara yang satu ini. Dan sebagian besar penyebabnya adalah karena mereka menganggap sepele terhadap apa yang akan dan telah mereka ucapkan. Ketika mereka mengucapkan satu kebathilan, sebenarnya hati kecil mereka mengerti bahwa ucapan tersebut tidak baik. Sungguh, merugilah orang-orang yang sampai saat ini masih mempertahankan dan mengikuti bisikan-bisikan semacam itu. Apakah mereka berpikir bahwa Allah swt memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya yang dhoif itu? TIDAK! Allah swt adalah Zat yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna, mustahil bagi-Nya disamai oleh makhluk-Nya dalam hal apapun.
Rasulullah saw telah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah swt keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah swt mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Cobalah renungkan sejenak sabda Rasulullah saw diatas, betapa perkataan yang dianggap sepele tersebut ternyata dapat menjerumuskan seseorang ke dalam murka Allah sw hingga datangnya hari kiamat kelak.
4. Tidak berkata keji dan mencela
Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih).
Seseorang yang beriman akan selalu berusaha dengan keras untuk menahan nafsu yang selalu mengajaknya untuk emosi dan akhirnya mengeluarkan kata-kata yang keji atau kotor, menjauhi kebiasaan mencela yang dapat menyakiti hati orang lain.
5. Tidak sombong dan banyak berbicara
Hindarilah kebiasaan terlalu banyak bicara, karena hal ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi pendengarnya. Keingingan kita untuk menyampaikan sesuatu hendaknya dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak terlalu bertele-tele. Pendengar yang sudah dikuasai oleh kejenuhan dapat kehilangan konsentrasi yang akhirnya tidak dapat menyerap isi dari perkataan si pembicara.
“Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu Abdurrahman (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi saw dan beliau menjawab kuatir membosankan kami .“ (HR. Muttafaq ‘alaih)
Janganlah bersikap sok pintar yang seolah-olah mengerti akan banyak hal. Sikap sok pintar dan ingin dipuji sebagai orang yang pandai atau memiliki banyak ilmu pengetahuan akan membuat seseorang menjadi terlalu banyak berbicara. Dan hal ini justru tidak akan menimbulkan pujian dari pendengar, melainkan akan menimbulkan rasa bosan dan kesal kepada si pendengar. Sikap sok pintar merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah saw, sebagaimana dinyatakan di dalam hadits Jabir ra:
“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun”. Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani)
6. Menghindari dusta
Salah satu perkataan yang banyak menimbulkan kerugian adalah dusta. Dusta dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain maupun diri sendiri. Memutar balikkan fakta, yang benar dapat dikatakan salah dan yang salah dapat dikatakan benar. Besar sekali kerugian orang yang terkena efek dusta ini. Seseorang bisa dijebloskan ke dalam penjara yang akan menghancurkan nama baik, pekerjaan, kuliah, sekolah, masa depan dan kehidupannya karena kesaksian palsu yang dibuat. Dusta merupakan salah satu perkataan yang wajib dihindari oleh umat muslim yang beriman. Karena, dusta merupakan salah satu dari tiga tanda orang munafik, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR. Bukhari)
Ingatlah, bahwa Rasulullah saw telah memberikan jaminan surga bagi mereka yang senantiasa menghindari dusta. Hal ini tertuang dalam salah satu hadistnya yang artinya:

“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR. Abu Daud)

7. Menghindari ghibah, menceritakan aib orang lain, dan panggilan yang buruk
Ghibah atau menggunjing merupakan perbuatan tercela yang dapat menghancurkan ikatan persaudaraan. Maka dari itu, kejahatan ghibah ini hendaknya tidak dibiarkan terus menggerogoti persatuan umat Islam. Selalu hindarkan diri dari ghibah atau menggunjing yang akan mengancurkan ukhuwah Islamiyah bahkan ukhuwah insaniyah kita.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ?” Rasulullah saw menjawab, “Kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah saw juga berkata, “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Orang-orang yang suka menggunjing itu diibaratkan sebagai orang yang hobi memakan daging dari tubuh saudaranya yang sudah mati, memakan bangkai saudaranya. Hal ini telah di nyatakan oleh Allah swt dengan jelas melalui firman-Nya di dalam Al Quran yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Selain itu, Allah swt juga melarang hamba-Nya untuk membicarakan aib orang lain, mencela, memperolok-olok, memanggil saudaranya dengan panggilan atau gelar-gelar yang buruk. Dapat kita temui di masa sekarang, dikalangan ABG dan muda-mudi, betapa panggilan dengan sebutan yang buruk ini justru telah menjadi trend yang berkembang dengan pesat. Padahal Allah swt telah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka [yang diolok-olok] lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Hujurat : 11)
Rasulullah saw juga telah bersabda, “Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Aib dan rahasia saudara kita yang telah kita ketahui merupakan salah satu amanah yang harus tetap kita jaga kerahasiaannya. Tidak patut bagi seorang muslim untuk menceritakan aib dan rahasia saudaranya, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
8. Meminimalisir canda dan tawa
Dunia hiburan (entertainment) menjadi dunia yang digandrungi oleh sebagian besar umat manusia.
Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stress dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahualaihi wa Salam dengan sabda beliau: “Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia!” (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani). hadits nabi SAW yang lain:“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari
Canda dan tawa itu memang penting sebagai penyegar dalam kehidupan manusia. Hanya saja Allah swt tidak menyukai canda dan tawa yang berlebihan. Kelak di hari kiamat, Allah swt memandang orang-orang yang suka tertawa dan bercanda serta membuat orang lain tertawa dengan berlebihan sebagai seburuk-buruk manusia.
9. Menjauhi perdebatan sengit
Perdebatan adalah salah satu tindakan yang memang sangat sulit untuk dihindari di masa seperti sekarang ini, dimana Islam sendiri telah terpecah menjadi banyak aliran. Hal itu masih ditambah lagi dengan adanya bisikan syaithan yang biasa disebut dengan “Gengsi”, yang kini telah merajai sebagian besar hati umat Islam. Jika salah satu aliran berkata begini, maka… Gengsi Dong bagi aliran lain jika tidak menanggapinya. Jika satu aliran merasa bahwa pendapat aliran yang lain tidak sesuai, maka…Gengsi bagi alirannya jika tidak menyanggah dan mengeluarkan pendapatnya. Hal-hal semacam inilah yang akhirnya membuka peluang untuk terjadinya perdebatan sengit, perdebatan yang bukan bertujuan untuk mencari sebuah solusi, tapi perdebatan yang bertujuan untuk mempertahankan pendapat pribadi atau aliran masing-masing. Sebuah perdebatan yang hanya bertujuan untuk mempertahankan Gengsi-nya masing-masing. Sebuah perdebatan yang hanya akan menimbulkan perpecahan. Padahal Rasulullah saw telah bersabda:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Rasulullah saw telah bersabda: “Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR. Abu Daud)
Memang bukanlah hal yang mudah untuk menghindari terjadinya suatu perdebatan, manakala kita mendengar sebuah pendapat yang tidak sesuai dengan pengetahuan yang telah kita dapatkan, terlebih lagi jika pendapat itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang kita miliki. Namun, itulah perjuangan fiisabilillah, harus ada godaan dan tantangannya. Ingatlah, bahwa Rasulullah saw telah menjamin surga bagi orang-orang yang dapat menghindarkan diri dari perdebatan. Bukankah surga itu jauh lebih baik daripada mendapatkan kepuasan karena telah memenangkan sebuah perdebatan yang hanya akan menjatuhkan suatu pihak dan akhirnya menimbulkan perpecahan.
10. Mengulangi kata-kata yang penting
Jika memang dirasa perlu, maka diperbolehkan mengulangi kata-kata yang memang dianggap penting. Tentunya hal ini akan lebih baik daripada pendengar tidak menangkap dan memahami ucapan si pembicara dengan baik. Insya Allah dengan mengulangi kata-kata yang memang di anggap penting juga dapat meminimalisir resiko kesalah pahaman diantara kedua belah pihak (pendengar dan pembicara).
Anas ra telah berkata : “adalah Rasulullah saw jika berbicara maka beliau mengulanginya sampai tiga kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi paham, dan apabila Rasulullah saw mendatangi rumah seseorang maka ia pun mengucapkan salam sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)
11. Berhati-hati dan adil dalam memuji
Kalau mau jujur, maka niscaya tidak ada seseorang yang tidak suka terhadap pujian. Setiap orang pasti senang dan berbunga-bunga manakala mendapatkan sebuah pujian. Namun, Islam dengan bijaksananya telah mengingatkan umatnya untuk senantiasa berhati-hati kepada mereka yang suka mengumbar pujian.
Memang, pujian itu senantiasa terdengar indah dan manis. Dan hal itulah yang telah banyak membuat manusia lalai. Satu contoh kasus, satu ketika ada seorang pemuda muslim yang sangat zuhud, ahli ibadah, dan sangat istiqomah dengan sholat berjamah. Tanpa sadar, lama kelamaan kezuhudan dan keistiqomahannyapun berubah haluan. Yang tadinya hanya ditujukan kepada Allah swt, sekarang mengarah kepada sombong, riya, ujub, dan sebagainya. Hal ini terjadi tanpa ia sadari setelah ia mendengar dari rekannya bahwa ada seorang gadis muslimah yang memuji ketaatannya tersebut. Sejak itu, ia pergi ke masjid agar gadis tersebut tetap takjub kepadanya. Ia pergi ke masjid karena malu kepada gadis itu seandainya sang gadis tahu bahwa ia telah absen dari sholat berjamaah.
Dari Abdurrahman bin abi Bakrah dari bapaknya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi saw: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (Rasulullah saw mengucapkannya hingga dua kali), lalu Rasulullah saw berkata: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Mengingat besarnya bahaya yang tersembunyi dari sebuah pujian, maka dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Rasulullah saw memerintahkan untuk menaburkan pasir ke wajah orang yang suka mengumbar pujian.
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi sawmemerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji.” (HR. Muslim)
12. Berbicaralah dengan tenang
Kata-kata atau kalimat yang diucapkan dengan tenang, tentunya akan lebih jelas, enak didengar, dan mudah dimengerti daripada kata-kata atau kalimat yang diucapkan dengan tergesa-gesa, apalagi tanpa jeda.
Aisyah ra berkata: “Sesungguhnya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya.” (Mutta-faq’alaih).

13. Tidak membicarakan semua yang telah didengar
Tidaklah pantas bagi seorang mukmin untuk membicarakan segala sesuatu yang telah ia dengar. Karena, mungkin saja di dalam perkataan yang telah ia ucapkan tersebut terdapat rahasia dan aib orang lain, yang orang tersebut tidak menginginkan aib atau rahasianya dibeberkan. Dan dikhawatirkan, bahwa apa yang telah didengar itu merupakan suatu kebohongan, yang jika diceritakan kepada orang lain maka artinya ia pun telah berperan dalam penyebar luasan suatu kebohongan. Itulah mengapa Rasulullah saw telah mengatakan bahwa membicarakan segala sesuatu yang didengar merupakan dosa.
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw telah bersabda: “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar”. (HR. Muslim)
14. Tidak memotong maupun memonopoli pembicaraan
Berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan ide, opini, dan unek-uneknya. Jangan memonopoli pembicaraan dan membuat orang lain menjadi pendengar setia anda. Sikap memonopoli pembicaraan dapat menyinggung perasaan pendengar, karena ia merasa dianggap bodoh dan tidak tahu apa-apa. Dan yang sudah tentu tidak dapat dihindari dari si pendengar adalah kejenuhan.
Tunggulah hingga lawan bicara menyelesaikan pembicaraannya, jangan menyela atau memotong ucapannya. Tentunya hal ini akan membuat kesal dan tersinggung lawan bicara. Anda akan dianggap tidak memiliki etika jika memotong pembicaraan seseorang.
Janganlah menganggap remeh apa yang telah disampaikan oleh lawan bicara. Dan jangan pula memandang rendah kepada lawan bicara. Tanggapi semua opini dan ucapan lawan bicara dengan baik.














Menjaga Lisan
Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh berbicara batil, dusta, menggunjing, mengadu domba dan melontarkan ucapan-ucapan kotor, ringkasnya, dari apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Sebab kata-kata yang merupakan produk lisan memiliki dampak yang luar biasa.
Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan sering terjadi karena perkataan dan provokasi kata. Sebaliknya, ilmu pengetahuan lahir, tumbuh dan berkembang melalui kata-kata. Perdamaian bahkan persaudaraan bisa terjalin melalui kata-kata. Ironinya, banyak orang yang tidak menyadari dampak luar biasa dari kata-kata. Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah, dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah, dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam” (HR. Bukhari)
Hadis Hasan riwayat Imam Ahmad menyebutkan, bahwa semua anggota badan tunduk kepada lisan. Jika lisannya lurus maka anggota badan semuanya lurus, demikian pun sebaliknya. Ath-Thayyibi berkata, lisan adalah penerjemah hati dan penggantinya secara lahiriyah. Karena itu, hadits Imam Ahmad di atas tidak bertentangan dengan sabda Nabi yang lain: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal darah, jika ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan bila rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Berkata Baik Atau Diam
Adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri dan lebih baik diam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari).
Adab Nabawi di atas tidak lepas dari prinsip kehidupan seorang muslim yang harus produktif menangguk pahala dan kebaikan sepanjang hidupnya. Menjadikan semua gerak diamnya sebagai ibadah dan sedekah. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “… Dan kalimat yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang ia langkahkan untuk shalat (berjamaah di masjid) adalah sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari).
Sedikit Bicara Lebih Utama
Orang yang senang berbicara lama-lama akan sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-kata yang me-luncur bak air mengalir akan mengha-nyutkan apa saja yang diterjangnya, dengan tak terasa akan meluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara. Beliau Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda artinya,
“…Dan (Allah) membenci kalian untuk qiila wa qaala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Imam Nawawi rahimahullah berkata, qiila wa qaala adalah asyik membicarakan berbagai berita tentang seluk beluk seseorang (ngerumpi). Bahkan dalam hadits hasan gharib riwayat Tirmidzi disebutkan, orang yang banyak bicara diancam oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sebagai orang yang paling beliau murkai dan paling jauh tempatnya dari Rasulullah pada hari Kiamat. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu berkata, ‘Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara.’ Umar bin Khathab Radhiallaahu anhu berkata, ‘Barangsiapa yang banyak bicaranya, akan banyak kesalahannya.’
Dilarang Membicarakan Setiap Yang Didengar
Dunia kata di tengah umat manusia adalah dunia yang campur aduk. Seperti manusianya sendiri yang beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena itu, kata-kata umat manusia tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan ada yang buruk. Karena itu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, ‘Siapa yang membicarakan setiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta’. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam :
“Cukuplah seseorang itu berdosa, jika ia membicarakan setiap apa yang di-dengarnya.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Cukuplah seseorang itu telah berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya.”(HR. Muslim).
Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor
Mengutuk dan sumpah serapah dalam kehidupan modern yang serba materialistis sekarang ini seperti menjadi hal yang dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya. Ibnu Mas’ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha’an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji dan kotor.” (HR. Bukhari).
Tha’an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, dengan mencaci, menggunjing dan sebagainya.
Melaknat atau mengutuk adalah do’a agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah. Imam Nawawi rahima-hullah berkata, ‘Mendo’akan agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orang beriman. Sebab Allah menyifati mereka dengan rahmat (kasih sayang) di antara mereka dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh. Seorang mukmin adalah orang yang mencintai saudara mukminnya yang lain sebagai-mana ia mencintai dirinya sendiri. Maka, jika ada orang yang mendo’akan saudara muslimnya dengan laknat (dijauhkan dari rahmat Allah), itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknat adalah puncak doa seorang mukmin terhadap orang kafir. Karena itu disebutkan dalam hadits shahih:
“Melaknat seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya.” (HR. Bukhari). Sebab seorang pembunuh memutus-kan orang yang dibunuhnya dari berbagai manfaat duniawi. Sedangkan orang yang melaknat memutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat Allah dan kenikmatan akhirat.
Jangan Senang Berdebat Meski Benar
Saat ini, di alam yang katanya demokrasi, perdebatan menjadi hal yang lumrah bahkan malah digalakkan. Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus tertentu, menjelaskan argumen-tasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan ilmu dan keyakinan memang diperlukan dan berguna.
Tetapi, berdebat yang didasari ketidak-tahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang tidak berguna seperti tentang jumlah Ashhabul Kahfi atau yang sejenisnya maka hal itu hanya membuang-buang waktu dan berpe-ngaruh pada retaknya persaudaraan.
Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa
Merendahkan Suara Ketika Berbicara
Meninggikan suaranya, berteriak dan membentak. Dalam pergaulan sosial, tentu orang yang semacam ini sangat dibenci. Bila sebagai pemimpin, maka dia adalah pemimpin yang ditakuti oleh bawahannya. Bukan karena kewibawaan dan keteladanannya, tapi karena suaranya yang menakutkan. Bila sebagai bawahan, maka dia adalah orang yang tak tahu diri.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, ‘Orang yang meninggikan suaranya terhadap orang lain, maka tentu semua orang yang berakal menge-tahui, bahwa orang tersebut bukanlah orang yang terhormat.’ Ibnu Zaid berkata, ‘Seandainya mengeraskan suara (dalam berbicara), adalah hal yang baik, tentu Allah tidak menjadikannya sebagai suara keledai.’ Abdurrahman As-Sa’di berkata, ‘Tidak diragukan lagi, bahwa (orang yang) meninggikan suara kepada orang lain adalah orang yang tidak beradab dan tidak menghormati orang lain.’
Karena itulah termasuk adab berbicara dalam Islam adalah merendahkan suara ketika berbicara. Allah berfirman, artinya: “Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.” (QS. Luqman: 19).

Jumat, Maret 23, 2012

ini cerita tentang kebersamaan

Sebiru langit, secerah mentari. Begitulah ku rasa indah hari ini. Ku lihat sosok gadis kecil di perempatan jalan. Langkah demi langkah ia ayunkan. Dan…… ia berhenti tepat di depan rumah minimalis ini, di sini, di rumah kami. Gadis kecil itu adik bungsu kami.
“Assalamu ‘alaykum”, ucapnya dengan lantang sembari membuka pintu rumah yang nampaknya tidak terkunci. Ia pun mulai memasuki rumah setelah terdengar jawaban salamnya. Beginilah, setiap hari aku melihat sosok berwajah ceria itu, mengenakan gaun panjang, memakai kerudung, dan membawa tas kecil. Sebut saja namanya Sirly. Sekitar jam segini ia baru pulang dari mengaji di TPA Rasyidiyah. Dan… seperti biasa, ia selalu melapor dengan para penghuni rumah akan nilai yang diperolehnya. ‘lancar’, kata itulah yang tertulis di kartu putihnya. “Alhamdulillah”, serentak kata itu terlontar dari mulut kami. Memang, si bungsu anak yang cerdas dan mandiri. Sejak kecil ia suka belajar sendiri, tontonannya TV-e dan alif TV. Sejak menginjak bangku sekolah TK, ia semakin mandiri. Setiap hari melangkah sendiri menuju sekolah. Katanya sih malu kalau masih diantar. Hmmm, pola tingkahnya seringkali membuat kami tersenyum bangga.
“Kak, ini bagaimana ceritanya?”, tanyanya padaku seraya memperlihatkan buku cerita bergambar ke arahku. “Sebentar ya dik, ini kakak lagi masak buat makan siang kita nanti”, sahutku seraya merayunya untuk sabar menunggu. “Baiklah kak, sirly tunggu sampai jarum jam (panjang) itu ke angka 12”, ucapnya dengan tangan menunjuk jam dinding yang ada di depannya. Spontan mataku menatap jam dinding berbingkai biru berlukiskan kaligrafi itu. Lima belas menit lagi. Ku coba menyimpan ekspresi kagetku dan ku tatap wajahnya sambil menganggukkan kepalaku, ku ukir senyum bibirku untuk sejenak menenangkannya. Ia pun kembali mengalihkan aktivitasnya, duduk di ruang makan sambil membolak-balik buku gambar. Sekarang ia mulai mencorat-coretkan crayonnya, memadukan warna untuk gambar-gambar itu. Sesekali ia bertanya kepadaku warna apa yang tepat ia gunakan. Tentu saja aku menjawabnya dengan nada suara yang sepantasnya didengar telinganya. Ya, meskipun kadang terkesan cerewet, tapi begitulah anak-anak. Ini adalah masa perkembangannya. So, jangan sampai kita melakukan kesalahan dalam proses belajarnya.
Tanpa terasa lima belas menit berlalu. Masakanku sudah jadi. Kini si bungsu menagih janji. Begitulah anak-anak, ingatannya begitu kuat, apalagi soal janji nih. Makanya, jangan asal deh kalau mau janji-janji sama anak kecil, hehehe. Janji yang pasti-pasti aja deh, yang bisa menciptakan kesah baik di pikirannya. Aku berjalan mendekatinya. Ku ceritakan halaman demi halaman dari buku itu sembari menunjukkan gambar-gambarnya. Tidak jarang ia melontarkan pertanyaan satu persatu. Namanya juga anak kecil, suka bertanya. Harus pinter-pinter nih ngerangkai kata menjadi untaian kalimat bermakna baginya. Maklumlah, ia belum pandai membaca, masih terbata-bata.
Hari demi hari berlalu. Semenjak sekolah ia mulai pandai membaca. Semakin hari semakin lancar, dan ia semakin suka membaca, hingga akhirnya ia terpilih sebagai perwakilan sekolah untuk memberikan sambutan pada acara perpisahan. Ku lihat senyuman mama ketika melihatnya mulai menaiki panggung dan kemudian memegang microphone. Kata demi kata ia baca, hingga terdengar tepuk tangan menutup penampilannya kali ini. Ya, beginilah yang namanya penguatan. Berikan tepuk tangan. Karena penguatan juga tak kalah penting dalam proses perkembangan anak. Dan seringkali anak kecil itu suka dengan pujian, tetapi tetaplah memberikan pujian yang jujur yaaaa, hehehe.
Kini si bungsu mulai menginjak bangku pendidikan yang baru, madrasah ibtidaiyah. Beginilah di desa kami, madrasah masih menjadi tempat sekolah favorit. Ini juga tak lepas dari pandangan bahwa madrasah selalu berprestasi, bahkan pernah menjadi sekolah terbaik se-provinsi, keren kaaannn, hehe. “Mah, sirly nanti mau jadi juara kelas, soalnya kemarin kan di TK sirly di peringkat II jadi sekarang ingin merasakan jadi peringkat I”, ucapnya dengan polos kepada mama.”Iya dong sayang, kalau sirly juara berarti sirly murid yang terbaik di kelas”, ucap mama dengan penuh kelembutan sambil memegang wajah sirly. Aku hanya tersenyum. Di hatiku terangkai do’a untuk kesuksesan si bungsu. “Yaa Rabb, sungguh aku mencintai mereka. Jadikan kami orang-orang yang sukses dunia akhirat. Aamiin”.
Alhamdulillah, hingga kini si bungsu selalu menjadi juara kelas, dan ia mulai memahami hakikat juara yang sebenarnya. Lagi-lagi yang perlu diingat, motivasi keluarga sangat berharga bagi perkembangan anak.
Meski sekarang jarak memisahkan kami, namun aku tidak pernah melupakan si bungsu. Setiap kali ingin pulang kampong, ku sempatkan untuk mencari oleh-oleh untuk si bungsu. Sering ku berikan ia buku cerita pendidikan untuk anak, cerita tentang gadis kecil berkerudung, buku do’a anak, dan jenis buku bacaan anak lainnya. Ia sangat senang membacanya, berulang-ulang, bahkan sampai dipeluknya di kala tidur.
“Kak, nanti kalau pulang ga usah belikan baju lagi yaaa. Sirly sukanya kakak belikan buku saja, atau alat tulis gitu kak, hehehe”, ucapnya sambil tertawa kecil. Wah, sungguh ia memiliki minat baca yang luar biasa, sampai aku sebagai kakaknya saja jadi malu pada diri sendiri, ahahaha. “O ya kak, jangan lupa yaaa nanti cerita-cerita lagi, dan jangan lupa pertanyaannya, hehehe”, ucapnya sambil tertawa kecil lagi. Memang sudah khasnya tuh tertawa kecil, hehehe. Maklumlah, kalau aku pulang, ia selalu saja memperlihatkan buku-buku barunya dan memintaku untuk membacakan cerita (karena ia suka banget niiih dengar intonasi suaraku kalau lagi bercerita, dengan ekspresi wajahnya lagi, ahahaha :D). Tak jarang kami memainkan drama di buku-buku itu. Dan tentunya nih kalau udah kelar maka aku wajib bikin pertanyaan buat si bungsu, semacam kuis gitu deh. Salut deh buat jawaban si bungsu yang selalu tepat. Sesekali ia yang menanyaiku, dan tak jarang juga ia minta bimbinganku untuk mempelajari kamus tiga bahasa (Indonesia-Inggris-Arab). Intinya nih yaa, siapa coba yang ga bangga punya adik secerdas dan serajin si bungsu. Pokokny nih yaa, kita sebagai keluarganya mestilah selalu bersikap mendukung perkembangannya. Karena ia adalah generasi penerus kita.

Minggu, Maret 18, 2012

berakhir jabatan, bukan berarti berakhir kontribusi

bismillaahirrahmaanirrahiim..
alhamdulillah, telah terpilih akhina Sigit Nurhadi sebagai ketua umum UKMM UNLAM periode 2012/2013.. semoga UKMM terus bertumbuh, bertunas mencetak kader2 generasi Robbani, berdaun hijau meneduhkan hati orang2 beriman,mekar bunganya hingga indah pandangan dan menjadi teladan, lebat buahnya hingga semua orang merasakan manisnya...


dan selesainya penyampaian & penilaian LPJ pada ahad/18 maret'12 ni pada muktamar IV UKMM UNLAM,maka berakhir pula jabatan ana sebagai koordinator dept.Media & komunikasi UKMM UNLAM, namun bukan berarti kontribusi untuk da'wah juga berakhir sampai di sini, karena sungguh kewajiban da'wah itu adalah kewajiban semua umat islam tanpa terkecuali...


semoga ke depannya UKMM semakin eksis, diakui dan dirasakan akan keberadaannya baik di internal univ.Lambung Mangkurat maupun di luar universitas... semoga perjuangan kita tiada pernah terhenti... semoga semakin solid dan sukses...


HAMASAH !!!!!!!!!!!!!!! ^^b

Selasa, Maret 13, 2012

RENUNGAN

Saudariku….sahabatku…

ukhty muslimah….



Sungguh pun taaruf bukanlah sebuah permainan….bukan sekedar coba-coba…bukan

sekedar perkiraan…

“hmm..siapa tahu cocok…”

“hmm…siapa tahu jodoh…”

“siapa tahu…”siapa tahu…’

atau bahkan…

” Hmm….lumayanlah…buat hepi-hepian…???????”

Astaghfirullah….

Sungguh…Taaruf itu bukanlah sebuah keisengan seperti itu….!!!!

Bagaimana mungkin SATU-SATUNYA JALAN YANG DIHALALKAN OLEH ALLAH…OLEH ISLAM.. adalah sebuah permainan iseng…permainan coba-coba…sebuah kesenangan terselubung…??????

Bagaimana mungkin suatu upaya untuk menghindari PACARAN… justru tanpa disadari masuk dalam PACARAN tersebut…

Bagaimana mungkin sebuah upaya untuk membuahkan suatu yang suci…suatu ikatan yang mahal harganya…sebuah perjanjian agung yakni PERNIKAHAN adalah sebuah lelucon yang bisa dilakukan dengan siapa saja…siapa saja yang mau…siapa saja yang ada…atau sebuah iseng-iseng berhadiah…??????????????

Dengan perkataan…

“coba ah…sama dia…siapa tahu…hehehe..???????????”

TAARUF BUKAN HAL-HAL REMEH TEMEH SEPERTI ITU….!!!!!!!

TAARUF ITU SUNGGUH SUCI…!!!

Sungguh bukan hak saya untuk berkata demikian sebenarnya…

Saya bukan siapa-siapa…bahkan saya adalah orang yang sangat sangat awam dengan masalah ini….

Tapi…sungguh miris hati saya ketika melihat realita…taaruf seakan jadi sebuah solusi atau jalan lain karena tidak boleh pacaran…!!!

Akhibatnya…??? taaruf tiada bedanya dengan pacaran…???

Lalu…??? taaruf adalah pacaran hanya dibungkus dengan “selimut Islami…”????????

Jika pacaran yang dibicarakan adalah…(hmm..mungkin ..^^)

“sayang…ketemuan yuk…”

Taaruf…

“ukhty…sholat tahajud dulu…??????????”

Jika pacaran mengungkapkan perasaan dengan

“sayang…aku cinta kamu…”

Taaruf …??

“ukhty…sungguh hati ini mencintaimu karena Allah…????”

Sms-sms penuh perhatian…tiap hari…tiap jam…

Telepon-telepon mengobrol kehidupan sehari-hari…

Chatting..???

YANG DIBICARAKAN…??????? hmm.. tidak jauh beda…!!!



Kiranya semuanya telah tahu… Bahwa wanita adalah fitnah terbesar bagi seorang laki-laki…

Namun…saya wanita…dan ukhty pun wanita…

Tapi kita juga tau…bahwa perhatian laki-laki…kasih sayangnya…sikap melindunginya…kesetiaannya adalah cobaan yang tidak kalah hebatnya bagi seorang wanita…

Mungkin kami para akhwat pada awalnya akan berkata…

“iih…iseng banget sih…”

“nyebelin…”

“ganjen…”

“TP TP…”

“ngapain sih ngajak-ngajak taarufan nggak jelas..”

TAPI….kita semua juga tahu….

Cinta itu tumbuh karena terbiasa…

terbiasa dekat…

terbiasa ada…

terbiasa bersama…

terbiasa berantem..hhe..^^

terbiasa saling menyapa…

terbiasa diberi perhatian…

terbiasa saling mengobrol…hmm…

Cinta itu teramat bening…

saat ini tiada apapun…namun perlahan…tanpa kita sadari…dia sudah menjalar ke seluruh bagian jiwa kita,,,menguasai kita…

Awalnya mungkin kita akan merasa sebal dengan kehadirannya…

Terganggu oleh sms-sms isengnya….

Terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan anehnya….

Namun…tanpa kita sadari…

saat ia tiada…

saat sms tak kunjung tiba…

saat telepon tak berdering lama….????

akan ada perasaan kehilangan….

setiap saat melihat ke HP…menunggu deringnya…

setiap saat melongok ke komputer…menunggu onlinenya…..

Dan itukah…??? itukah saudariku….??? yang dinamakan dengan…“MENCINTAI KARENA ALLAH…???” itukah…????

itukah….?????????

ya akhi…para ikhwan….

sungguh hati wanita ini lemah….

hati wanita itu mudah terjangkiti virus….

dan bagaimana jika kita telah jatuh cinta…

bagaimana ternyata hati kita sudah saling merindu…menginginkan adanya kebersamaan…

merindukan adanya kasih yang tanpa akhir… sementara….KITA BELUM HALAL….!!!!!!

DAN MUNGKIN KITA TIDAK AKAN PERNAH JADI HALAL….!!!!!!

sanggupkah engkau pertanggungjawabkan sms-sms mesramu…???

sangggupkah engkau pertanggungjawabkan telepon mesramu…???

sanggupkah engkau pertanggungjawabkan tangis kami karena mulai merindukanmu…???

mulai berharap padamu…???

Tolong, kami hanya ingin menjaga diri . Menjaga amal kami tetap tertuju padaNYA.

Karena janji Allah itu pasti. Wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik.

Ya akhi….ikhwan…calon pemimpin kami di masa depan….

Jika engkau benar-benar serius…mengapa engkau hanya bersembunyi dibalik internetmu…???

Bersembunyi dibalik HPmu…???

Bersembunyi dalam kata-katamu…????????

kita sudah lelah dengan semua itu…

sungguh pun kita tidak mengharapkan seorang laki-laki BERMENTAL TEMPE…

yang hanya berani di dunia maya… yang hanya berani di dunia sms…

dan yang lari dari tanggungjawab setelah merasa tidak cocok….

Jika engkau memang sungguh serius…

DATANGLAH PADA ORANGTUA KAMI…!!!

JAWAB PERTANYAAN KAMI DENGAN LANTANG…!! DIHADAPAN KAMI…!!!!

JAWAB PERTANYAAN KAMI SECARA LANGSUNG….!!!!

kami wanita ingin pemimpin yang berani….

kami wanita yang ingin menjaga diri…

kami wanita yang tidak ingin diberi harapan palsu…janji gombal….

kami wanita yang ingin laki-laki yang halal…..

DENGARLAH AKHI…KAMI WANITA YANG BERBEDA…!!!!!!

PERNIKAHAN ADALAH KESUCIAN….

DAN JALAN MENUJU PERNIKAHAN TENTUNYA HARUS SESUCI PERNIKAHAN ITU PULA…!!!

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup.

Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu.

Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam air mata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.

Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya.

Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa.

Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

ATAS NAMA TAARUF…???

MUNGKIN SALAH SEORANG LAKI-LAKI AKAN BERTANYA…”

mengapa wanita begitu selektif memilih orang yang akan taaruf..”

maka…

wanita akan menjawab..

suami kami nanti kelak akan menjadi pemimpin kami…

akan kami layani kebutuhannya….

akan kami tunggu kehadirannya…

akan kami berikan jiwa kami…raga kami….

bagaimana mungkin kami lalai dalam memilih calon suami…meski hanya dalam rangka taaruf…??

suami kami nanti akan menjadi pembimbing agama kami…penjaga kami…pelindung kami…

bagaimana mungkin kami akan gegabah dalam menentukan pilihan…meski hanya sebatas tukaran biodata..??

mentaati suami kami adalah salah satu jalan kami ke surga…

ketaatan pada suami adalah lambang kesholihan kami….

bagaimana mungkin kami akan cepat memutuskan siapa pilihan kami meski hanya sebatas kata…”baik saya setuju…taarufan…”

ya akhi….saudaraku…para ikhwan….

JANGAN TAWARKAN KEISENGAN ATAS NAMA TAARUF PADA KAMI…!!!!!

KETAHUILAH…KAMI ADALAH WANITA YANG BERBEDA…!!!!!



————-sumber http://virouz007.wordpress.com/2010/04/26/atas-nama-taaruf/

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Semoga bermanfat