BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

wily_astri

Jumat, Maret 23, 2012

ini cerita tentang kebersamaan

Sebiru langit, secerah mentari. Begitulah ku rasa indah hari ini. Ku lihat sosok gadis kecil di perempatan jalan. Langkah demi langkah ia ayunkan. Dan…… ia berhenti tepat di depan rumah minimalis ini, di sini, di rumah kami. Gadis kecil itu adik bungsu kami.
“Assalamu ‘alaykum”, ucapnya dengan lantang sembari membuka pintu rumah yang nampaknya tidak terkunci. Ia pun mulai memasuki rumah setelah terdengar jawaban salamnya. Beginilah, setiap hari aku melihat sosok berwajah ceria itu, mengenakan gaun panjang, memakai kerudung, dan membawa tas kecil. Sebut saja namanya Sirly. Sekitar jam segini ia baru pulang dari mengaji di TPA Rasyidiyah. Dan… seperti biasa, ia selalu melapor dengan para penghuni rumah akan nilai yang diperolehnya. ‘lancar’, kata itulah yang tertulis di kartu putihnya. “Alhamdulillah”, serentak kata itu terlontar dari mulut kami. Memang, si bungsu anak yang cerdas dan mandiri. Sejak kecil ia suka belajar sendiri, tontonannya TV-e dan alif TV. Sejak menginjak bangku sekolah TK, ia semakin mandiri. Setiap hari melangkah sendiri menuju sekolah. Katanya sih malu kalau masih diantar. Hmmm, pola tingkahnya seringkali membuat kami tersenyum bangga.
“Kak, ini bagaimana ceritanya?”, tanyanya padaku seraya memperlihatkan buku cerita bergambar ke arahku. “Sebentar ya dik, ini kakak lagi masak buat makan siang kita nanti”, sahutku seraya merayunya untuk sabar menunggu. “Baiklah kak, sirly tunggu sampai jarum jam (panjang) itu ke angka 12”, ucapnya dengan tangan menunjuk jam dinding yang ada di depannya. Spontan mataku menatap jam dinding berbingkai biru berlukiskan kaligrafi itu. Lima belas menit lagi. Ku coba menyimpan ekspresi kagetku dan ku tatap wajahnya sambil menganggukkan kepalaku, ku ukir senyum bibirku untuk sejenak menenangkannya. Ia pun kembali mengalihkan aktivitasnya, duduk di ruang makan sambil membolak-balik buku gambar. Sekarang ia mulai mencorat-coretkan crayonnya, memadukan warna untuk gambar-gambar itu. Sesekali ia bertanya kepadaku warna apa yang tepat ia gunakan. Tentu saja aku menjawabnya dengan nada suara yang sepantasnya didengar telinganya. Ya, meskipun kadang terkesan cerewet, tapi begitulah anak-anak. Ini adalah masa perkembangannya. So, jangan sampai kita melakukan kesalahan dalam proses belajarnya.
Tanpa terasa lima belas menit berlalu. Masakanku sudah jadi. Kini si bungsu menagih janji. Begitulah anak-anak, ingatannya begitu kuat, apalagi soal janji nih. Makanya, jangan asal deh kalau mau janji-janji sama anak kecil, hehehe. Janji yang pasti-pasti aja deh, yang bisa menciptakan kesah baik di pikirannya. Aku berjalan mendekatinya. Ku ceritakan halaman demi halaman dari buku itu sembari menunjukkan gambar-gambarnya. Tidak jarang ia melontarkan pertanyaan satu persatu. Namanya juga anak kecil, suka bertanya. Harus pinter-pinter nih ngerangkai kata menjadi untaian kalimat bermakna baginya. Maklumlah, ia belum pandai membaca, masih terbata-bata.
Hari demi hari berlalu. Semenjak sekolah ia mulai pandai membaca. Semakin hari semakin lancar, dan ia semakin suka membaca, hingga akhirnya ia terpilih sebagai perwakilan sekolah untuk memberikan sambutan pada acara perpisahan. Ku lihat senyuman mama ketika melihatnya mulai menaiki panggung dan kemudian memegang microphone. Kata demi kata ia baca, hingga terdengar tepuk tangan menutup penampilannya kali ini. Ya, beginilah yang namanya penguatan. Berikan tepuk tangan. Karena penguatan juga tak kalah penting dalam proses perkembangan anak. Dan seringkali anak kecil itu suka dengan pujian, tetapi tetaplah memberikan pujian yang jujur yaaaa, hehehe.
Kini si bungsu mulai menginjak bangku pendidikan yang baru, madrasah ibtidaiyah. Beginilah di desa kami, madrasah masih menjadi tempat sekolah favorit. Ini juga tak lepas dari pandangan bahwa madrasah selalu berprestasi, bahkan pernah menjadi sekolah terbaik se-provinsi, keren kaaannn, hehe. “Mah, sirly nanti mau jadi juara kelas, soalnya kemarin kan di TK sirly di peringkat II jadi sekarang ingin merasakan jadi peringkat I”, ucapnya dengan polos kepada mama.”Iya dong sayang, kalau sirly juara berarti sirly murid yang terbaik di kelas”, ucap mama dengan penuh kelembutan sambil memegang wajah sirly. Aku hanya tersenyum. Di hatiku terangkai do’a untuk kesuksesan si bungsu. “Yaa Rabb, sungguh aku mencintai mereka. Jadikan kami orang-orang yang sukses dunia akhirat. Aamiin”.
Alhamdulillah, hingga kini si bungsu selalu menjadi juara kelas, dan ia mulai memahami hakikat juara yang sebenarnya. Lagi-lagi yang perlu diingat, motivasi keluarga sangat berharga bagi perkembangan anak.
Meski sekarang jarak memisahkan kami, namun aku tidak pernah melupakan si bungsu. Setiap kali ingin pulang kampong, ku sempatkan untuk mencari oleh-oleh untuk si bungsu. Sering ku berikan ia buku cerita pendidikan untuk anak, cerita tentang gadis kecil berkerudung, buku do’a anak, dan jenis buku bacaan anak lainnya. Ia sangat senang membacanya, berulang-ulang, bahkan sampai dipeluknya di kala tidur.
“Kak, nanti kalau pulang ga usah belikan baju lagi yaaa. Sirly sukanya kakak belikan buku saja, atau alat tulis gitu kak, hehehe”, ucapnya sambil tertawa kecil. Wah, sungguh ia memiliki minat baca yang luar biasa, sampai aku sebagai kakaknya saja jadi malu pada diri sendiri, ahahaha. “O ya kak, jangan lupa yaaa nanti cerita-cerita lagi, dan jangan lupa pertanyaannya, hehehe”, ucapnya sambil tertawa kecil lagi. Memang sudah khasnya tuh tertawa kecil, hehehe. Maklumlah, kalau aku pulang, ia selalu saja memperlihatkan buku-buku barunya dan memintaku untuk membacakan cerita (karena ia suka banget niiih dengar intonasi suaraku kalau lagi bercerita, dengan ekspresi wajahnya lagi, ahahaha :D). Tak jarang kami memainkan drama di buku-buku itu. Dan tentunya nih kalau udah kelar maka aku wajib bikin pertanyaan buat si bungsu, semacam kuis gitu deh. Salut deh buat jawaban si bungsu yang selalu tepat. Sesekali ia yang menanyaiku, dan tak jarang juga ia minta bimbinganku untuk mempelajari kamus tiga bahasa (Indonesia-Inggris-Arab). Intinya nih yaa, siapa coba yang ga bangga punya adik secerdas dan serajin si bungsu. Pokokny nih yaa, kita sebagai keluarganya mestilah selalu bersikap mendukung perkembangannya. Karena ia adalah generasi penerus kita.

0 comments: